Rabu, 23 November 2011
Ekosistem Terumbu Karang
BAB I
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
1. Pengertian
Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup da dasar laut topik, di mana karang batu merupakan penghuni utamanya. Ekonomi terumbu karang juga merupakan habitat bagi berbagai biota termasuk yang berasosiasi dengan terumbu karang, seperti berbagai jenis ikan, Echinodermata ( bulu babi, binatang laut, binatang mengular, lili laut, dan teripang), krustacea ( udang, kepiting, dan kelomang) moluska (kima, susu bundar, tedong-tedong, cumi, sotong, gurita), Porifera (jenis-jenis spons), Polychaeta (cacing bulu), Algae (algae merah, algae coklat, dan algae hijau), Algae berkapur (Halimeda, Lithothamnion, dan porolithon), serta berbagai jenis avertebrata lainnya. Pada kolom air di atas terumbu karang terdapat berbagai jenis plankton (fitoplankton dan zooplankton).
Akhir-akhir ini, ekosistem terumbu karang banyak menarik perhatian masyarakat karena sebagai berikut:
a. Dari segi estetika, ekosistem terumbu arang yang masih sehat menampilkan pemandangan yang sangat indah, perairan alami yang sangat jernih, biota yang hidup di terumbu karang sangat bervariasi bentuk dan warnanya, ditambah dengan berbagai macam jenis ikan hias yang sangat eksotik.
b. Dari segi manfaat, ekosistem terumbu karang di kenal sebagai pelindung pantai terhadap gempuran ombak, sebagai sumber makanan bagi masyarakat sekitarnya, sebagai tempat rekreasi bawah laut, serta sebagai penghasil sumber daya bernilai ekonomi penting, seperti ikan konsumsi, ikan hias, udang karang, teripang, kerang-kerangan, dan rumput laut (agar-agar).
c. Belakangan ini, terumbu karang diketahui banyak mengalami kerusakan akibat ulah manusia (karena pengeboman ikan dan penggunaan racun sianida untuk menangkap ikan).
Terumbu karang dengan karang batu sebagai komponen utamanya bersama-sama dengan biota penghasil kapur lainnya (termasuk algae berkapur) membentuk ekosistem di perairan teropis. Terumbu karang menghasilkan dasar laut dari bahan kapur yang keras.
Karang batu adalah salah satu jenis hewan berongga (Coelenterata) yang membentuk kerangka luar dari kapur. Jenis hewan berongga lainnya yang hidup di ekosistem terumbu karang adalah karang lunak (soft coral), karang tanduk (akar bahar, karang cambuk, dan karang kipas), serta anemon.
2. Sebaran Terumbu Karang
Terumbu karang terdapat terutama di perairan tropik, dan hanya sebagian kecil saja di temukan di daerah subtropik. Kemampuan lkarang batu membangun terumbu karang sangat dipengaruhi oleh suhu perairan. Suhu perairan yang senantiasa tinggi mempengaruhi proses metabolisme, reproduksi, dan mempercepat pertumbuhan karang batu. Pengendapan kalsium dari air laut untuk membentuk kerangka luar dari kapur (CaCO3), dapat terjadi bila suhu air laut dan kadar garam tinggi sedangkan kadar CO2¬ rendah. Kondisi demikian adalah kondisi khas perairan dangkal tropik.
Terumbu karang terutama tersebar di antara lintang 30o U dan 30o S yang secara kasar berada di dalam isoterm 20o C. Sebaran dan pertumbuhan karang batu pada terumbu karang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain arus laut yang sanngat penting artinya bagi penyebaran larva karang batu serta sebagai penyedia zat hara, oksigen, dan makanan. Faktor lainnya adalah tingkat pergerakan air laut lokal dan gangguan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan karang batu, bentuk koloni karang batu, dan akumulasi sedimen. Tinggi-rendahnya pasang surut air laut juga berpengaruh terhadap perkembangan terumbu karang. Selain itu adalah kedalaman, geomorfologi dan tipe substrat.
3. Tipe Terumbu Karang
Dari bentuk dan tempat terumbu karang berada, terumbu karang dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
a. Terumbu karang tepi (fringing reef)
Terumbu karang tepi adalah terumbu karang yang terdapat/ mengelilingi pinggiran pulau atau benua. Terumbu karang teoi ini paling banyak dijumpai. Hampir semua pulau-pulau kecil di perairan Indonesia dikelilingi oleh terumbu karang tepi.
b. Terumbu karang penghalang (barrief reef)
Terumbu karag penghalang adalah terumbu karang/deretan terumbu karang yang dipisahkan dengan daratan oleh perairan yang cukup dalam.
c. Terumbu karang cincin (atol)
Terumbu karang cincin adalah terumbu karang yang diduga terjadi karena proses tenggelamnya gunung berapi di laut, sementara terumbu karang yang terdapat disekitarnya terus tumbuh kearah permukaan laut. Pada terumbu karang cincin, ditengahnya selalu terdapat goba yang dalam dan berasal dari bawah kawah gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi.
4. Topografi terumbu karang
Ekosistem terumbu karang terdapat didasar laut, pada kedalaman anatara 0 sampai 20 m, tergantung dari kejernihan air n tipe substrat dasar. Kebanyakan terumbu karang hidup subur pada lereng terumbu (reef slope). Akan tetapi, ada uga terumbu karang yang masih berada dibawah permukaan air.
5. Biologi karang batu
a. Morfologi/anatomi karang batu
Individu hewan karang batu relatif sangat sederhana dan menyerupai anemon. Bagian hidup dari itu tersebut polip dan umumnya berbentuk mangkok denagn diameter bervariasi dari yang kecil 1 mm sampai yang berdiameter beberapa cm. Bentuknya dapat tinggi atau memipih dan menghasilkan kerangka kapur untuk melindungi dirinya. Mulut berada dibagian atas mengkok dan dikelilingi oleh satu atau lebih lingkaran tentakel sebagai tangan-tangannya.
Kerah dalam, mulut dilanjutkan ke stodeum yang pendek dan terbuka kearah rongga perut yang disebut gastrovaskular. Disini pencernaan dan absorbsi makanan berlangsung. Rongga ini terbagi ke arah longitudinal oleh beberapa seri lembaran radial yang disebut mesenterium. Mesenterium ini mengandung gonag dan memainkan peran penting dalam proses pencernaan makanan.
Polip-polip yang berdekatan dari satu koloni kadang-kadang dihubungkan oleh jaringan hidup sebagai perpanjangan dari rongga gastrovaskular. Hubungan ini dibuat oleh suatu bagian dari kerangka yang disebut coenosarc yang membentang ke seluruh permukaan kerangka. Coenosarc ini dapat dianggap sebagai penghubung kearah horizontal dari dinding kerangka dan bertanggung jawab mengendapkan bagian kerangka yang terletak di antara polip.
Beberapa jenis karang batu mempunyai kerangka berpori yang memungkinkan polip tetangga menjadi terhubung atau melalui dinding koralit. Kerangka karang batu, baik yang soliter maupun yang koloni disebut koralum, sedangkan bagian kerangka yang dihasilkan oleh polip tunggal disebut koralit. Masing-masing koralit dibatasi dibagian bawah denagn suatu dinding yang disebut teka dan di bagian atas berujung terbuka di sebut kalik.
Sementara koloni karang batu itu tumbuh, koralit tinggal di bawahnya sebagai lapisan kernagka horizontal yang disebut pemisah endotekal. Sebelah luar dinding koralit berpori atau masif disebut pemisah eksootekal yang telah diendapkan oleh polip dan jaringan penghubung.
Bahan kernagka yan berada di antara koralite dinamakan coenosteum atau periteka. Didalam koralit terdapat septa radial vetikal diantara mesenterium. Septa ini berbentuk lingkaran, lingkaran pertama 6 septa atau lingkaran lingkaran utama, lingkaran kedua 6, dan lingkaran ketiga 12 septa. Struktur koralit ini sangat penting untuk identifikasi jenis karang batu.
b. Perkembangbiakan dan pertumbuhan
Beberapa jenis karang batu dewasa bersifat hermaprodit, sedangkan yang lain berjenis kelamin jantan betina. Diperkirakan karang batu yan berpolip kecil, seperti Stylophora sp. Menghasilkan telur lebih sedikit di dalam masing-masing gonadnya dibandingkan dengan yang mempunyai polip yang berukuran besar seperti Favia sp. Fertilisasi pada golongan yang polipnya kecil terjadi di dalam polip, sedangkan untuk yang polipnya besar fertilisasi terjadi diluar polip, yang kemudian menghasilkan larva yang disebut planula.
Pada jenis lainnya, ada yang lahir dari koloni dewasa. Telur atau larva biasanya keluar waku malam bertepatan dengan bulan purnama. Akan tetapi, pada saat mencari tempat menempel, larva lebih suka pada waktu gelap. Waktu antara keluarnya larva sampai penempelan diperkirakan berlangsung hanya dalam beberapa hari. Beberapa planula dapat bertahan mengapung sampai beberapa minggu.
Polip juga dapat memperbanyak diri denagn jalan pembelahan berulang kali, hingga satu koloni karang batu dapat terdiri dari ribuan polip. Ada dua cara pembelahan polip, yaitu pmbelahan intratentakular, dan pembelahan extratentakular.
c. Makanan dan cara makan karang batu
Karang batu menggunakan beberapa cara dan memilih berbagai sumber makanan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Karang batu juga dikenal dapat menyerap senyawa anorganik tertentu dan senyawa organik dari perairan disekitarnya, meskipun hal ini masih dalam perdebatan. Dengan cara yang sama, karang batu juga memanfaatkan fragmen zooxanthella atau zooxanthella sacara utuh. Makanan utama karang batu penting adalah zooplankton. Akan tetapi, karang batu juga menangkap hewan yang hampir mati, bahkan juga bakteri.
Banyak sejenis karang batu yang aktif sebagai predator menangkap korbannya dengan tentakel yang penuh dengan sel-sel penyengat (nematocyst) beracun. Beberapa jenis karang batu hanya aktif mengeluarkan tentakel di malam hari. Tetapi, ada juga yang mengeluarkan tentakelnya sepanjang hari, misalnya Goniopora sp.
Tentakel dapat langsung memasukkan makanan kedalam mulut, tetapi ada jenis karang batu yang membawa makanannya melalui parit-parit yang yang cilia. Jenis pachyseris sp. Tidak mempunyai tentakel. Karang jenis ini mempunyai parit yang berlapis mukus (lendir) yang sangat penting, baik untuk menangkap maupun untuk mengangkut makanannya.
6. Hewan Asosiasi di terumbu karang
a. Golongan hewan berongga (coelenterata)
Dalam eksistem terumbu karang, terdapat berbagai jenis hewan berongga. Termasuk golongan ini adalah karang atau batu (coral), karang lunak (soft coral), karang tanduk (gorgonian), Hydroid, dan Anemon. Karang batu merupakan penghuni terumbu karang yang paling diminan. Menurut bentuk koloninya, karang batu dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu koloni bercabang (branching), koloni membulat (massif), berbentuk daun (folious), dan karang berbentuk jamur (fungia sp.).Hydroid (jelatan laut), bentuknya seperti tumbuhan pakis di darat. Hati-hati dengan hewan ini! Kalau kulit kita menyentuhnya, kita akan sangat terkejut karena terasa panas seperti kena api dan sangat gatal.
Kerangka koloni karang batu yang beraneka ragam bentuk dan warnanya merupakan mikrohabitat bagi banyak jenis hewan yang hidup di terumbu karang. Beberapa diantaranya menggunakannya sebagai pelindung, tempat mencari makan, atau sebagai ruang hidup untuk sementara waktu. Akan tetapi, banyak yang merupakan asosiasi hidup bersama secara permanen.
b. Golongan hewan asosiasi terumbu karang lainnya.
Berbagai jenis hewan avertebrata hidup berasosiasi dengan berbagai organisme yang hidup di dalam ekosistem terumbu karang, selain hewan berongga. Termasuk bermacam jenis spons (porifera), Echinodermata (bulu babi), dan Krustasea (kepiting). Selain itu, banyak sekali biota kecil, termasuk protozoa, cacing pipih, dan copepoda yang merayap dipermukaan koloni karang batu.
c. Sebagai simbion
Banyak jenis udang dan kepiting yang berasiosi secara permanen dengan karang batu, dan itu biasanya menunjukkan tingkat spesifikasi jenis yag tinggi. Suatu jenis kepiting tertentu mungkin selalu bersimbiose dengan jenis karang batu tertentu pula. Kebanyakan kepiting dan udang tersebut berukuran kecil, berwarna serupa habitatnya, dan sukar ditemukan dikarang batu. Beberapa jenis di antaranya memakan mukus yang dihasilkan karang batu, tetapi banyak juga yang menolong tuan rumahnya dnegan memakan yang ada di sedimenyang menempel di karang batu.
Ada beberapa jenis yang hidup di dalam kerangka karang batu, masuk di koralit pada waktu masih muda dan mengambil ruang untuk hidupnya, misalnya jenis cacing serpulida genera Spirobranchus, bivalvia, dan lithopphaga yang nayak pada jenis karang batu, Porites sp.
Satu famili kepiting, Crytochiridae, hidup di dalam karang batu tertentu. Betinanya tinggal di dalam rongga karang batu, sedangkan yang jantan masih bisa keluar masuk karena berukuran kecil. Biota ini hanya menggunakan karang batu sebagai tempat tingal/berlindung dan tidak tergantung makanan pada tuan rumah. Mereka itu termasuk hewan filter feeder.
d. Pemangsa atau predator
Hewan pemangsa atau predator di terumbu karang adalah beberapa jenis cacing bulu (Polychaeta), kepiting, binatang laut (Acanthaster planci), siput (Drupella sp.), Nudibranchia, dan ikan yang memakan jaringan hidup karang batu.
7. Zooxanthellae
Rahasia keberhasilan pembentukan terumbu karang oleh karang batu tidak terlepas dari peran sejenis tanaman mikroskopik, zooxanthellae yang terkumpul dalam jumlah besar di dalam jaringan gastrovascular. Zooxanthellae ini memerlukaan sinar matahari dan menggunakkannya dalam proses fotosintesis untuk membuat senyawa organik. Sayangnya, belum banyak diketahui tentang bagaimana zooxanthellae menyampaikan endapan kalsium karbonat. (CaCO3).
Peranan zooxanthellae dalam proses kalsifikasi dapat di jelaskan sebagai berikut.
Dasar dari proses kalsifikasi merupakan reaksi antara Ca2+ dan CO32- dan masing-masing ion tersebut diangkut menuju kelokasi terjadinya kalsifikasi melalui jalur yang berlainan. Bukti histologis menunjukan bahwa kalsifikasi terjadi di permukaan luar lapisan kalikoblas. Permukaan luar kalikoblas ini melakukan sekresi suatu senyawa yang berfungsi sebagai matrik awal penyusunan kernangka kapur karang batu.
Penjelasan skematis dari proses kalsifikasi pada pembentukan kerangka kapur karang batu.
Adalah sebuah keistemewaan bahwa lapisan matrik organik ini tersusun dari senyawa asam yang menyerupai mukopolisakarida. Hal ini memberikan peluang yang lebih besar bagi Ca2+ dari air laut yang diangkut menembus dinding polip menuju permukaan luar kalikoblas, untuk diabsorbsi melalui mekanisme pertukaran ion pada larutan asam di antara senyawa mukopolisakarda yang terdapat dalam lapisan matriks organik tersebut. Disini Ca2+ bersenyawa dengan HCO32-.
Hasil reaksi ini akan terurai membentuk kalsium karbonat dan asam karbonat.
8. Kondisi ekosistem terumbu karang di indonesia
Kondisi ekosistem terumbu karang di Indonesia telah mengalami kerusakan akibat ulah manusia. Hasil penelitian P2O-LIPI pada beberapa lokasi di seluruh Indonesia secara acak, dengan metode Line Intercept Transect (LIT) menujukkan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia yang sangat baik tinggal 6,2 %, baik 23 %, sedang 28 %, dan rusak berat 41 %.
Metode LIT digunakan khususnya untuk menentukan kondisi terumbu karang rusak akibat ulah manusia secara langsung, seperti penggunaan bom, penambangan karang, penggunaan jaring di terumbu karang, dan pemasangan bubu di terumbu karang. Kesemua kegiatan itu dapat menyebabkan berkurangnya persentase tutupan karang batu hidup di terumbu karang.
Dalam menentukan kondisi terumbu karang, peneliti membuat kategori penilaian sebagai berikut
% Tutupan Karang Batu Kondisi
0 – 25 Rusak berat
26 – 49 Rusak sedang
50 – 69 Baik
70 – 100 Sangat baik
Persentase tutupan karang batu hidup dipakai sebagai indikator karena tinggi rendahnya keanekaragaman hayati laut diterumbu krang juga tergantung oleh tinggi rendahnya tutupan karang batu hidup. Semakin tinggi persen tutupan karang batu hidup. Semakin tinggi persen tutupan karang batu hidup, makin banyak biota asosiasi yang hidup di antara koloni karang batu hidup. Berarti pula, bahwa semakin tinggi persen tutupan karang batu hidup, makin baik kondisi terumbu karang, dan makin banyak biota asosiasi yang hidup di sekitarnya (keanekaragaman hayati tinggi).
Daftar Pustaka
Cesar, H., 1997.- Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia. The World Bank, Environment
Departement. 12 pages.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Online Casino no Deposit Bonus Codes
BalasHapusThe online casinos are still making use of the same software 카지노사이트 that you've 샌즈카지노 used before and use 인카지노 it for. But, in terms of bonuses and free spins,